Sampai saat ini, plastik sangat ramai digunakan untuk berbagai kebutuhan sehingga menciptakan limbah dalam jumlah banyak dan parahnya sukar terurai di lingkungan. Di samping itu, limbah nasi aking dan cangkang kepiting yang ada di daerah sekitar Karang Joang, Balikpapan Utara, Kalimantan Timur juga kurang diperhatikan. “Nah kedua masalah ini dapat kita selesaikan dengan memanfaatkan kedua jenis limbah tersebut menjadi bahan dasar pembuatan bioplastik ramah lingkungan,” ujar Ibu Nia Sasria, S.Si., M.T. selaku Dosen Teknik Material dan Metalurgi yang menemukan ide ini pertama kali, melalui program hibah penelitian Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemeristekdikti), ide ini dapat diwujudkan.
Ide tersebut menarik perhatian ke empat mahasiswa Program Studi Teknik Material dan Metalurgi ITK untuk bereksperimen di laboratorium, mereka adalah Asrilsyah (06161013), Ryan Hernando (06161067), Marco Dendy Rizaldy Tambunan (06161041) dan Septian Windarta (06161069). Walaupun eksperimen ini dilakukan di tengah-tengah masa pandemi Covid-19, namun hal tersebut tidak mengurangi semangat mereka dalam berinovasi, hingga akhirnya mereka berhasil menciptakan bioplastik ramah lingkungan.
“Produk bioplastik kami peroleh dengan mencampurkan pati dari hasil ekstrak limbah nasi aking dan kitosan yang disintesis dari cangkang kepiting. Sedangkan untuk menciptakan sifat fleksibilitas plastik kami menggunakan gliserol dengan berbagai variasi, setelah itu kami uji kemampuan biodegradasinya di dalam tanah dan juga sifat mekaniknya menggunakan uji tensile,” jelas Asrilsyah.
Proses pembuatan dan pengujian bioplastik
Melalui penelitian ini, harapannya produk bioplastik ini mampu menjadi produk inovasi dan mengurangi permasalahan limbah plastik di lingkungan.