Penelitian ini menggunakan serat dari eceng gondok sebagai objek penelitian, yaitu tumbuhan yang mengandung lignoselulosa yang terdiri dari selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Ekstraksi selulosa diperlukan untuk mendapatkan selulosa yang lebih murni. Metode ekstraksi selulosa yang digunakan adalah alkalisasi, menggunakan larutan NaOH 17,5% dengan perbandingan massa: volume 1 : 100 dengan variasi waktu alkalisasi selama 20 menit, 40 menit dan 60 menit dan metode alkalisasi menggunakan metode pemanasan refluks. Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi metode gravimetri yaitu Chesson Datta, Fourier Transform Infrared (FTIR), dan Scanning Electron Microscope (SEM). Chesson Datta digunakan untuk menentukan kandungan lignoselulosa kuantitatif dengan mengurangi massa awal dan massa akhir sampel dari proses. FTIR digunakan untuk menentukan gugus fungsi yang dimiliki lignoselulosa dari setiap sampel. SEM dilakukan untuk mengetahui morfologi serat eceng gondok sebelum dan sesudah perlakuan alkalisasi. Hasil yang diperoleh Chesson Datta, dengan waktu alkalisasi paling optimal adalah 20 menit dengan kandungan selulosa 53,3%, hemiselulosa 27,6%, dan lignin 0,3%. FTIR menunjukkan gugus fungsi C= O, C= C, dan CH yang tergolong dalam lignoselulosa seiring dengan pergeseran bilangan gelombang dan perubahan absorbansi pada masing-masing variabel. SEM menunjukkan perbedaan morfologi serat yang mengalami proses alkalisasi dengan yang tanpa perlakuan. Sehingga alkalisasi mempengaruhi morfologi serat eceng gondok.