Jamur tiram merupakan jenis jamur kayu yang awalnya tumbuh secara alami pada batang pohon yang telah mengalami pelapukan, umumnya mudah di jumpai di daerah hutan. Namun seiring perkembangan teknologi modern, pemanfaatan bahan media tanam dari serbuk kayu (gergajian), jerami padi dan vitamin digunakan menggantikan proses alami pelapukan kayu. Budidaya jamur tiram di Indonesia baru mulai dirintis sejak tahun 1988 dan mulai dilirik untuk dibudidayakan secara besar-besaran. Hal tersebut karena untuk menjalankanbudidaya jamur tiram tidak membutuhkan lahan yang luas, waktu panennya singkat, dan benih jamur mudah didapat dengan harga terjangkau. Di kawasan Gunung Bugis atau kelurahan Baru Ulu terdapat dua segmentasi warga yaitu warga yang tidak memiliki pengetahuan tentang budidaya jamur tiram dan warga yang sudah mengenal budidaya jamur tiram tetapi hanya membeli baglog kemudian merawat jamur dan kebingungan memasarkan produknya. Berdasarkan fakta tersebut, maka ITK yang diwakili oleh kelompok KKN 11 bekerja sama dengan Pemerintah kelurahan Baru ulu mengakomodasi kebutuhan masyarakat mengenai budidaya jamur tiram melalui pelatihan pembibitan jamur tiram disertai dengan metode pemasarannya. Kegiatan dimulai dari pengenalan disertai pre-testkuesioner untuk mengetahui tentang pemahaman awal warga terhadap budidaya jamur, pemaparan teknik pembuatan baglog dan metode pemasaran pasca pemanenan, dilanjutkan dengan tanya jawab serta post-testsebagai indikator peningkatan pemahaman warga. Hasilnya didapatkan bahwa pemahaman warga mengenai jamur tiram meningkat dari hasil pretest 67% menjadi 90%.